Di
Indonesia, manusia miskin masih sangat banyak. Apalagi di kota-kota
besar, kaum miskin kota berserakan di seluruh penjuru. Negara belum bisa
menyejahterakan mereka, walaupun saya optimis pelan namun pasti negara
akan memperhatikan mereka.
Saya sangat jarang ngopi-ngopi di Starbucks atau di mall-mall kecuali kalau ketemu dengan temen, kalau saya sedang sendiri , menu makan saya selalu warteg dan minum seadanya, kesukaan saya adalah jus buah 5 ribuan di Bandung atau 10 ribuan di Jakarta.
Saya sangat jarang ngopi-ngopi di Starbucks atau di mall-mall kecuali kalau ketemu dengan temen, kalau saya sedang sendiri , menu makan saya selalu warteg dan minum seadanya, kesukaan saya adalah jus buah 5 ribuan di Bandung atau 10 ribuan di Jakarta.
Namun ketika bertemu dengan nenek-nenek yang berjualan hingga malam
hari atau ibu-ibu pemulung yang mukanya hitam mengkilat, saya usahakan
memberi setidaknya 20 ribu. Saya hampir tidak pernah memberi pengemis,
karena saya tahu banyak di antara mereka cuma malas bekerja.
Bukan berarti pula saya dermawan, saya hanya kagum atas perjuangan para wanita-wanita tangguh yang berpeluh berdarah menghidupi keluarganya, teringat persis perjuangan ibu saya ketika saya masih kecil bekerja dari pagi hari hingga pagi hari lagi. Kalau bapak bekerja keras, biasanya sebagian hasilnya ada sedikit buat bersenang-senang, minimal buat rokok. Tapi para wanita-wanita pahlawan ini, jangankan rokok, makan pun mereka mengalah demi anaknya dan keluarganya.
Kepada merekalah kita harus membantu walaupun sedikit, yang punya kekuatan jiwa untuk tidak mengemis, berdagang apapun dan memulung apapun, di tengah terik mentari dan derasnya hujan. Belilah dagangan mereka walau kita tidak butuh, hanya untuk sekedar alasan untuk memberi mereka sedikit bantuan agar mereka tidak malu diberi uang tanpa berbuat apa-apa. Uang 20 ribu atau bahkan 10 ribu tidak ada apa-apanya buat kaum menengah dan berpendidikan di kota besar, bahkan harga kopi Starbucks pun lebih mahal dari itu. Tapi uang itu akan sangat berharga bagi mereka, sebagaimana saya pernah melihat ibu pemulung dan anaknya yang hanya membeli sayur seribu rupiah di warteg karena tidak mampu membeli nasi dan lauk lainnya.
Jika anda semua para kaum menengah dan berpendidikan berempati kepada mereka, niscaya kemanusiaan akan terasa lebih indah adanya. Negara memang belum mampu merawat rakyatnya, tapi sesama manusia kita harus merawat kemanusiaan kita. Sedikit saja empati kita adalah kebahagiaan besar buat mereka. Karena sebesar-besar kebahagiaan adalah ketika kita bisa membuat manusia lain bahagia.
Bukan berarti pula saya dermawan, saya hanya kagum atas perjuangan para wanita-wanita tangguh yang berpeluh berdarah menghidupi keluarganya, teringat persis perjuangan ibu saya ketika saya masih kecil bekerja dari pagi hari hingga pagi hari lagi. Kalau bapak bekerja keras, biasanya sebagian hasilnya ada sedikit buat bersenang-senang, minimal buat rokok. Tapi para wanita-wanita pahlawan ini, jangankan rokok, makan pun mereka mengalah demi anaknya dan keluarganya.
Kepada merekalah kita harus membantu walaupun sedikit, yang punya kekuatan jiwa untuk tidak mengemis, berdagang apapun dan memulung apapun, di tengah terik mentari dan derasnya hujan. Belilah dagangan mereka walau kita tidak butuh, hanya untuk sekedar alasan untuk memberi mereka sedikit bantuan agar mereka tidak malu diberi uang tanpa berbuat apa-apa. Uang 20 ribu atau bahkan 10 ribu tidak ada apa-apanya buat kaum menengah dan berpendidikan di kota besar, bahkan harga kopi Starbucks pun lebih mahal dari itu. Tapi uang itu akan sangat berharga bagi mereka, sebagaimana saya pernah melihat ibu pemulung dan anaknya yang hanya membeli sayur seribu rupiah di warteg karena tidak mampu membeli nasi dan lauk lainnya.
Jika anda semua para kaum menengah dan berpendidikan berempati kepada mereka, niscaya kemanusiaan akan terasa lebih indah adanya. Negara memang belum mampu merawat rakyatnya, tapi sesama manusia kita harus merawat kemanusiaan kita. Sedikit saja empati kita adalah kebahagiaan besar buat mereka. Karena sebesar-besar kebahagiaan adalah ketika kita bisa membuat manusia lain bahagia.
- 455 orang menyukai ini.
- Hakey Bangil Bahkan harga kopi starbucks lebih mahal daripada harga Hajar Jahanam yg impor dari Mesir
- Rinaldi Kasep Dua pertiga wilayah Indon adalah LAUT yang kaya akan ikan. Heran ya, kok masih ada aja orang yang susah makan.
Kalo dibilang harga ikan mahal, kok ya bisa mahal, padahal BANYAK jumlahnya.
Heran...... heraaaaaaannnnn...... Tinggal di tengah-tengah makanan kok susah makan.
Lain soal kalo negaranya di tengah-tengah benua Afrika yang dua pertiga wilayah negaranya gurun, gak ada laut, tanah gak numbuh apa-apa, nah itu kelaparan masih maklum. Lha ini kiri kanan depan belakang laut, kok lapar?
Saya rasa bangsa Indon masih terlalu prematur untuk bikin negara sendiri. Soalnya kelihatan masih belum bisa mengelola dengan baik. - Susie van Dijk AKu nggak suka starbuck, dan tidak akan buang duit untuk minum kopi disana, apalagi sekedar gengsi atau ikut2an...
- Muhammad Amin Di Jakarta yang panas, nongkrong memang enak di mall atau cafe termasuk starbucks, karena taman2 belum banyak, kalau ada waktu saya suka nongkrong di taman surapati. Kalau cafe asik dan murah ada di salihara, wapres, dsb
- Sukri Soleh Sitorus Dalam islam sudah di ajarkan sebaik2 kamu adalah orang yg mermanfaat bagi orang lain..
- Christho Almensa Simanjuntak tersentuh bgt mas aminn... walau sebagian besar nyatanya masyarakat ibukota trlalu angkuh
- Mastika Ketut Sebaiknya mas amien bikin yayasan sosial biar sosialnya lbh banyak jd inteleknya mas lbh. Dan jgn menghasut orang agar ngak belanja di merk tertentu. Mereka yg punya usaha berpikir dan usaha utk hidup.
- Istiya Rini Berbuat mulia, tulisan indah sperti ini bukan riya",..sungguh cermat dan pinter memilih lahan ibadah, mas Muhammad Amin, saluuut bagi para yg sdh lebih melakukannya,..terlebih arti posting ini .sbg inspirasi utk ditiru oleh qt smua,..trmks.
- Widyawati Bird Tks Mas sangat menyentuh n kembali diteguhkan untuk kembali menjadi ummat yg saling menyayangi...ijin share
- Lovina Andriyani Good atatus mas amin. Ijin share ya. Saat ini saya juga sedang memikirkan bahwa kebahagiaan kolektif sangat dibutuhkan. Berbuat baik untuk membahagiakan orang lain. Dan bonusnya hati kita juga bahagia
- Dameyanti Tarigan yup sama persis dgn prinsipku . aku selalu tak mau memberikan pengemis tetapi aku menghargai org yg bekerja. terkadang aku tak butuh barangnya ttp ku beli agar ada jalan memberi .
- Bela Kusumah yg suka menghujat Jokowi boneka asing, indonesia udah dijual sama investor asing, etc..etc….ternyata suka ngerumpi di Carefour dan starbucks..dan mall2 mewah...
- Justin CHandra Saya sangat setuju... Dan berprinsip dan menerapkan status ini. Bahkan saya sudah berhenti dari memberi pengemis dijalan raya, tmt jika dia cacat.
- Bela Kusumah ..kalau saya dari dulu TIDAK pernah memberi uang/sogokan kepada pengemis2 Birokrasi seperti Pungli, proses2 pembuatan KTP, perizinan etc….
- Oscar Darrell okelah..kpn nih ngopi di warteg kota Semarang mas Amin? nti kita blusukan di pasar Johar..sukur2 mau beli akik saia..
- June Hutauruk Saya tidak suka kotbha penjual sorga....tapi kotbha tentang nilai kemanusiaan Saya suka dan setuju karena tidak ada tendensi selain nilai kemanusiaan itu sendiri. Tulisan yg amazing Muhammad Amin.
- Jefry Marla Setuju...byk cara utk membantu...membeli dagangan orang2 manula atau tuna netra dan melehihkan bayaran dr yg seharusnya sdh sgt membantu mereka tanpa mereka hrs kehilangan harkat dan martabatnya...byk sekali cara utk membantu...jgn hitung2an dgn pedagang kecil dimanapun bertemu..saya sgt sepakat sekali dgn status ini..
- Dina Susanti Kalau semakin banyak teman-teman se Indonesia yang berpikiran dan baraksi positive seperti bung ini, maka bangsa Indonesia akan cepat menjadi bangsa yang maju dan ditakuti negara lain ya. Keep it going bung!
- Margiantho Gitu Doang Gak pernah tuh ke warteg ngopi doang....apalagi strabak...biasa ngopi dirumah aje
- Dendy Arsa Setuju bingit. Posting yg kaya ginian yg lbh bermutu drpd menghujat org lain terus. Mantappp !!!
No comments:
Post a Comment