Islam secara umum sudah tidak punya kekuatan di konstelasi global, kalah jauh dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, Jepang, bahkan Amerika Selatan. Semenjak keruntuhan Mughal India dan Ottoman Turki, suara Islam terpecah-pecah. Mayoritas negara Islam cuma jadi gedibal Amerika seperti Saudi Arabia, Mesir, Uni Emirat Arab, dsb. Yang berani menantang Amerika cuma Iran, itupun karena Iran itu Syiah dibenci oleh hampir semua negara Islam lain yang kebanyakan Sunni.
Celakanya negara-negara Eropa juga menjajah negara-negara Islam, yang dimana akhirnya orang di bekas jajahan itu banyak hidup di Eropa, misalnya Prancis yang dipenuhi oleh imigran muslim dari bekas jajahan Prancis. Jadi mau tidak mau Prancis harus membayar kesalahan masa lalu mereka dengan menerima para imigran muslim ini dan mengintegrasikan mereka dengan sistem negara Prancis. Pembunuhan kartunis Charlie Hebdo ini hanya masalah kecil, tidak boleh membuat Prancis mendiskriminasi muslim dan Islam.
Sedangkan umat Islam sendiri secara umum frustasi akut, di bidang politik dunia tidak punya pengaruh banyak sehingga malah yang diperbesar ribut antar negara Islam sendiri misalnya Iran dan Iraq, Iran dan Arab Saudi, Indonesia dan Malaysia, dsb. Secara sains, suka ngaku-ngaku semuanya sudah ada di Islam, misalnya penemuan sains padahal awalnya juga mereka tidak tahu. Dan bagi yang fundamentalis, mereka mencoba mendirikan khilafah dengan romantisme masa lalu dimana khalifah Islam pernah besar dan jaya yang celakanya juga mereka cuma jadi alat negara Barat untuk menguasai negara-negara Islam.
Selama umat Islam tidak kembali ke sains dan ilmu pengetahuan seperti jaman khalifah Abbasiyah di Baghdad, Islam tidak akan pernah mentas dari cuma sekedar proxi dari pemain-pemain poitik ekonomi global. Sayangnya sekali lagi, khalifah Abbasiyah dahulu itu Mu'tazilah , paham yang sangat dibenci umat Islam sekarang terutama yang Sunni.
Jadi bersiaplah akan ada banyak kasus mirip Charlie Hebdo yang lain, karena saya belum melihat ghirrah yang menggebu dari peradaban Islam untuk mengejar sains dan ilmu pengetahuan.
Untuk yang masih menyalahkan Charlie Hebdo karena mengkritik Islam, bagaimana dengan ustadz-ustadz Indonesia yang sering mengkritik agama lain, misalnya bilang Tuhan koq dipajang di ruang tamu pake kolor doang, Tuhan koq disembah di perempatan jalan dan dikasih makanan, dan sebagainya.
Apakah ustadz-ustadz itu juga layak ditembak mati?
Sebagian besar orang yang beragama itu tidak pernah mempelajari agamanya secara mendalam, mempelajari sejarahnya secara detail dan jujur, dan berani mengakui apa adanya apa yang terjadi
Contoh : Umat Islam mayoritas tidak tahu kalau 3 diantara Khulafauurasyidin itu mati terbunuh karena pertentangan politik, Alqur'an itu awalnya ada beberapa versi lalu dikodifikasi oleh Utsman dan versi-versi lain dibakar, 2 cucu nabi Muhammad diracun dan dipenggal kepalanya.
Umat Kristen tidak tahu bahwa trinitas itu baru diresmikan 3 abad setelah Yesus meninggal, banyak sekali pertentangan dalam Alkitab dan surat-suratnya pun ada awalnya banyak sekali dan hanya dipilih sebagian sedangkan yang lain dimusnahkan. Itupun Alkitab direkonstruksi lagi oleh raja-raja Inggris berabad-abad kemudian.
Umat Hindu tidak tahu bahwa Hindu itu bermacam-macam, bahkan ada Hindu atheis, bahwa konsep kasta itu sebenarnya bukan rigid keturunan tapi masalah pekerjaan, dan tutup mata atas penipuan massal oleh guru-guru semacam Sai Baba.
Tentu berat pada awalnya mempelajari sejarah, tapi sejarah itu jamu, walaupun pahit harus ditelan agar peradaban menjadi sehat.
Diantara berita pembunuhan 12 orang Charlie Hebdo, pembantaian 2000 orang Kristen oleh pasukan muslim fundamentalis Boko Haram, pembantaian ribuan orang muslim oleh milisi Kristen di Republik Afrika Tengah, pembakaran masjid oleh kaum kanan Prancis
Saya tetap melihat secara garis besar sejarah manusia, masa ini adalah masa paling damai sepanjang sejarah manusia, tentu ada percikan-percikan namun sebenarnya tidak terlalu besar adanya
Dan berita yang jauh lebih menarik bagi saya daripada konflik warisan purba antar agama yang berebut menjadi paling idiot itu, ada SpaceX yang sedang menguji roket yang bisa balik ke bumi yang nantinya membuat pergi ke luar angkasa menjadi murah, bahkan mungkin seperti naik pesawat terbang biasa. Ada pula penemuan antibiotik baru yang akan meyelamatkan ratusan ribu bahkan jutaan nyawa manusia, dan tentunya penemuan 8 planet baru dalam zona Goldilock yang kemungkinan planetnya bisa untuk ditinggali.
Betapa sains memberikan pencerahan kepada manusia yang mau tafakur, tunduk khusyu' untuk belajar semesta. Dan sungguh sebagian besar manusia masih bergelimang dalam kebodohan absolutnya.
Bagi Islam, agama lain itu salah, tuhan koq berwujud manusia, tuhan koq banyak, tuhan koq berwujud , dsb
Bagi Kristen, agama lain itu salah, tuhan koq menurunkan Muhammad yang pedofil, tuhan koq jumlahnya ratusan bahkan ribuan, tuhan koq tidak mendekat ke makhluknya, dsb
Bagi atheis, semua agama salah, tuhan dibuat oleh masing-masing pembuat agama yang celakanya dipercaya semuanya benar padahal semuanya salah
Bagi yang beragama, semua atheis salah, masa di semesta yang rumit ini tidak ada tuhan
Oleh karena itu semua, freedom of speech itu penting, bukan hanya dalam masalah agama, tapi juga masalah politik. Karena pada intinya semua manusia mempunyai versi kebenarannya sendiri-sendiri, jadi mereka harus bebas mengungkapkan pendapatnya, jika tidak setuju boleh menyanggah. Tentu kritik itu sering menyakitkan, tapi itu adalah awal manusia untuk menjadi lebih dewasa di tengah perbedaan.
Semua orang bebas mengkritik, bahkan menghina, asal jangan mengancam apalagi membunuh. Charlie Hebdo sangat sering mengkritik dan menghina Presiden Prancis Francois Hollande, Pers Amerika sangat sering mengkritik Obama dan menertawakannya, di jaman awal Aufklarung kritik terhadap agama itu sangat penting dalam tahap awal melepaskan perselingkuhan menjijikkan antara agama dan kekuasaan.
Semua negara maju di dunia ini punya freedom of speech, terutama Amerika Serikat, Eropa Barat, termasuk Jepang dan Hongkong. Hanya satu yang tidak punya yaitu Singapura yang rakyatnya sudah gatal ingin segera bebas mengkritik pemerintahan dan tetek bengek lainnya.
Menerima perbedaan, dengan kritik, satir, dan segala dinamikanya, adalah tonggak dasar kemajuan manusia. Tanpa itu manusia akan kembali ke masa purba, semua perbedaan diselesaikan dengan senjata.
No comments:
Post a Comment